Kamis, 21 Agustus 2014

Facebook dan "Sakit Mental"

Siapa yang ga kenal Facebook? Hampir semua orang yang kenal internet di Indonesia gw rasa punya Facebook. Main Facebook seru tapi itu 3 - 4 tahun lalu, buat gw sekarang Facebook ga lebih dari sekedar sosial media racun yang lebih banyak mudharat-nya ketimbang baiknya. Sudah terlalu banyak retard di sana. Facebook itu sumber "penyakit mental" bagi gw, alasannya:


  • Facebook membuat gw sedih karena gw melihat apa yang sebenarnya tidak ingin gw lihat.
  • Facebook membuat gw iri-dengki yang berujung gw menjadi berpikiran jahat kepada orang lain.
  • Facebook membuat gw sombong dan menertawakan kebodohan orang lain.
  • Facebook juga membuat gw menjadi tidak produktif di dunia nyata dan tidak peka terhadap keadaan sekitar.
  • Dan kiasan "Media sosial itu mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat." Sepertinya memang benar. Dan banyak lagi hal lainnya.

Terlalu banyak hal buruk ada di Facebook, makanya dulu terbersit di pikiran gw buat ninggalin Facebook selamanya. Dulu gw sempat beberapa kali men-deactivate akun Facebook tapi karena kebiasaan, ujung-ujungnya malah penasaran buka Facebook lagi dan gw kembali mengaktifkan akun karena gw tau deactivate Facebook itu adalah fitur yang sementara.


Kini pikiran itu terlintas lagi.


Akhir-akhir ini gw tahu kalau ternyata akun Facebook bisa dimatikan secara permanen. Langkahnya ada di website justdelete.me. Gw berencana untuk mematikan akun secara permanen setelah gw men-download data-data yang ada di Facebook. Gw sudah memikirkan matang-matang, pertimbangan buruknya kalau gw tidak punya akun Facebook paling hanya gw ga bisa ikutan kuis/kontes yang mensyaratkan mempunyai akun Facebook. Untuk teman? Gw rasa mereka lupa dengan gw dan tidak mempunyai urusan lagi dengan gw. Sahabat? Yang namanya sahabat itu pasti akan awet di dunia nyata! :)

Minggu, 20 April 2014

Cerita Tentang Cola

"CTEK!" Suara bidak kuda berpindah dari kotak B8 ke kotak C6. Pion gue sebenarnya bisa makan kuda itu, tapi kalau gue makan nanti langsung dimakan balik dengan peluncur hitam milik lawan yang dari tadi sudah nangkring kotak B7. Gue diam, mengepalkan tangan lalu menaruhnya di dagu layaknya Shinichi Kudo sedang berpikir. Andai ada cermin disitu gue pasti bisa melihat tampang dan gaya gue yang ganteng sekali.

Itulah mainan baru gue, catur. Siang-siang kalau sedang suntuk begini biasanya gue main catur di iPad gue lawan komputer yang tentunya bertingkat kesulitan.. very easy. Sebenarnya sudah lama juga sih game catur ini ter-install di iPad tapi gue baru lumayan rutin dan mulai suka memainkannya akhir-akhir ini setelah sekian lama melihat Ken, teman kampus gue main catur melulu lawan teman-teman gue yang lain. Baru sekarang gue menemukan betapa indahnya seni dalam bermain catur (halah). Berhubung gue masih cupu jadi ya seringnya kalah mulu. Kadang menguasai pertandingan juga sih, tapi ya ujung-ujungnya stalemate alias seri.